Tata cara ,doa dan Niat I'tikaf (amalan penjemput lailatul qadar)

Tata cara ,doa dan Niat I'tikaf (amalan penjemput lailatul qadar)

Ramadhan sudah sebagian kita lewati, yuk i'tikaf,,,!!? Semoga dengan menjalankan I' tikaf kita bisa bertemu dengan Malam Lailatul Al qadar, yang di Impikan seluruh Umat Muslim .


I'tikaf adalah ibadah sunah yang bisa dilakukan setiap waktu, waktu yang paling utama (afdhal) untuk i'tikaf yaitu ketika dilakukan dalam bulan Ramadhan , di 10 hari terahir bulan Ramadhan, agar bisa meraih lailatul qadar.

Oleh karena itu i'tikaf menjadi salah satu rangkaian amalan ibadah di bulan Ramadhan yang sangat dianjurkan terutama pada sepuluh malam terakhir. Hal ini karena di sepuluh malam terakhir adalah waktu terbaik untuk mendapatkan Lailatul Qadar.

seperi diterangkan dalam sebuah hadits :
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengisyaratkan dalam sabdanya:

ﺗَﺤَﺮَّﻭْﺍ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻘﺪﺭ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﺸﺮ ﺍﻷﻭﺍﺧﺮ ﻣﻦ ﺭﻣﻀﺎﻥ

Artinya :
“Carilah Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. ” ( Muttafaqun ‘alaihi dari Aisyah radliyallahu ‘anha )
Pengertian i’tikaf ialah berhenti (diam) di dalam masjid dengan syarat-syarat tertentu, semata-mata niat beribadah kepada Allah Swt.

Syarat Khusus I' tikaf

Ada beberapa syarat dan cara itikaf khusus
Tentang syarat i’tikaf ini para ulama fiqih menyebutkan tiga syarat khusus:

1. Islam
2. Berakal
3. Suci dari Hadats Besar.

Dasarnya adalah orang yang berhadats besar terlarang berada di dalam masjid, firman Allah SWT.
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu salat sedang kamu dalam keadaan mabuk sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub terkecuali sekedar berlalu saja hingga kamu mandi.” (QS. An-Nisa’ : 43).

Syarat dan Rukun I’tikaf

Sebelum melakukan i’tikaf, penting untuk memperhatikan syarat dan rukunnya, antara lain sebagai berikut:

Pertama Niat I'tikaf
.

Dalam hal yang berkaitan dengan kebaikan atau ibadah Niat menjadi salah satu rukun yang tidak boleh ditinggalkan, ada pun i’tikaf juga harus ada niat,berikut bacaan niat I'tikaf :

ﻧﻮﻳﺖ ﺍﻻﻋﺘﻜﺎﻑ ﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻲ

“Nawaitul I’tikaf fi hadzal masjidi (Ketika itikaf di nasjid) Lillahi Ta’ala”

Rukun i'tikaf yang kedua adalah diam didalam masjid.

Berdiam Diri di Masjid
Inilah intinya itikaf sebagaimana definisi itikaf yaitu berdiam diri atau mengurung diri di masjid guna mendekatkan diri kepada Allah SWT, tentunya berdiam diri yang dimaksud tempatnya di masjid, bukan ditempat lain.

Selama berdiam diri di masjid ini hendaknya mu’takifin (orang-orang yang beritikaf) memaksimalkan rangkain ibadah; shalat wajib, shalat-shalat sunnah, berdzikir, membaca Al-Quran, dan amalan amalan lainya, tidak hanya memperbanyak tidur, atau ngobrol kesana-kemari, sibuk dengan hal hal yang tidak bermanfaat atau malah justru mengurangi nilai dari tujuan utama itikaf.

Perihal memperbanyak membaca Al-Quran misalnya boleh juga jika ada yang mempunyai target bacaan untuk mengkhatamkan Al-Quran selama itikaf.

Waktu Itikaf Terbaik

Secara waktu i’tikaf itu bisa dilaksanakan di bulan Ramadhan atau diluar bulan Ramadhan. Jika itikaf dilaksanakan di bulan Ramadhan, maka secara waktu memang afdhalnya dimulai pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, dan masuk ke masjidnya sebelum waktu maghrib di malam ke 21 Ramadhan dan keluar dari masjid pada malam Idul Fithri.

Walaupun, pada malam Idul Fithri itu dinilai lebih afdhal untuk tetap dimasjid hingga paginya keluar ke tanah lapang jika memang pelaksaan shalat id di lapangan.
Diam di dalam masjid dan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak boleh dilakukan oleh orang yang sedang beri’tikaf.
Sebagaimana firman Allah SWT :

“…Tetapi, jangan kamu campuri mereka, ketika kamu beri’tikaf dalam masjid.” (QS Al-Baqarah: 187).

Orang yang melakukan i’tikaf harus muslim, berakal, suci dari hadas besar (ada pendapat yang mengatakan bahwa hadas kecil juga membatalkan i’tikaf), dan harus di masjid.

Sunnah i’tikaf
Terdapat dalam beberapa hadis, di antaranya:

Pertama, Abdullah bin Umar berkata bahwa
Rasulullah SAW i’tikaf sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan .”
(HR Bukhari).

Kedua, ‘Aisyah berkata bahwa Rasulullah SAW melakukan i’tikaf sesudah tanggal dua puluh
Ramadhan hingga beliau meninggal dunia.
(HR Bukhari dan Muslim).

Ketiga, Ubay bin Ka’ab dan Aisyah mengatakan bahwa Rasulullah beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan , hinggal Allah menjemputnya (wafat).
(HR. Bukhari Muslim).

Hadis di atas menjelaskan bahwa tiap bulan Ramadhan akan berakhir, terutama sepuluh hari menjelang Ramadhan berakhir,
Rasulullah SAW selalu i’tikaf di masjid.

I’tikaf ini hukumnya sunah dan tidak harus pada bulan Ramadhan, boleh dilakukan pada bulan apa saja, namun kebanyakan orang menjalankan ibadah ini pada bulan ramadhan sebagai Amalan khusus di 10 hari akhir bulan ramadhan
Akan tetapi yang terpenting adalah  orang yang melakukannya memahami tata cara dan apa itu i’tikaf.

Bolehkah I'tikaf dilakukan kaum perempuan ?
Seprti yang kita ketahui jika I’tikaf sangatlah dianjurkan dilakukan pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan, karena dimaksudkan untuk mencari malam lailatul qadar, malam yang lebih baik daripada seribu bulan.

Hal ini pun telah diajarkan oleh Nabi Saw. sebagaimana yang pernah disampaikan oleh istrinya, Aisyah ra:

ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻛﺎﻥ ﻳﻌﺘﻜﻒ ﺍﻟﻌﺸﺮ ﺍﻷﻭﺍﺧﺮ ﻣﻦ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﺣﺘﻰ ﺗﻮﻓﺎﻩ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞّ ، ﺛﻢّ


“Bahwasannya Nabi saw. selalu beri’tikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan sampai Allah memanggilnya, kemudian istri-istrinya meneruskan i’tikafnya setelah itu.”( Muttafaqun ‘alaih).

Pada hadis tersebut, menfandung maksud jika dibolehkannya bagi perempuan untuk beriktikaf.
Karena digambarkan bahwa para istri Nabi Saw. melakukan i’tikaf sepeninggal Nabi Saw.

Dan disebutkan bahwa dibolehkannya i’tikaf bagi perempuan di dalam masjid dengan syarat telah mendapatkan izin dari suami dan jika terhindar dari fitnah.
Di dalam Shahih al Bukhari pun terdapat bab iktikafnya para perempuan.
Di dalam bab tersebut beliau mengemukakan hadis riwayat Aisyah ra, sebagaimana berikut:

ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻌﺘﻜﻒ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﺸﺮ ﺍﻷﻭﺍﺧﺮ ﻣﻦ ﺭﻣﻀﺎﻥ، ﻓﻜﻨﺖ ﺃﺿﺮﺏ ﻟﻪ ﺧﺒﺎﺀ ﻓﻴﺼﻠﻲ ﺍﻟﺼﺒﺢ ﺛﻢ ﻳﺪﺧﻠﻪ، ﻓﺎﺳﺘﺄﺫﻧﺖ ﺣﻔﺼﺔ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺃﻥ ﺗﻀﺮﺏ ﺧﺒﺎﺀ، ﻓﺄﺫﻧﺖ ﻟﻬﺎ ﻓﻀﺮﺑﺖ ﺧﺒﺎﺀ ﻓﻠﻤﺎ ﺭﺃﺗﻪ ﺯﻳﻨﺐ ﺑﻨﺖ ﺟﺤﺶ ﺿﺮﺑﺖ ﺧﺒﺎﺀ ﺁﺧﺮ، ﻓﻠﻤﺎ ﺃﺻﺒﺢ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺭﺃﻯ ﺍﻷﺧﺒﻴﺔ ﻓﻘﺎﻝ : ﻣﺎﻫﺬﺍ؟ ﻓﺄﺧﺒﺮ، ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻟﺒﺮ ﺗﺮﻭﻥ ﺑﻬﻦ؟ ﻓﺘﺮﻙ ﺍﻻﻋﺘﻜﺎﻑ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﺸﻬﺮ، ﺛﻢ ﺍﻋﺘﻜﻒ ﻋﺸﺮﺍ ﻣﻦ ﺷﻮﺍﻝ .

“Nabi Saw. biasa beri’tikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan. Aku mendirikan tenda untuk beliau. Kemudian beliau melaksanakan shalat Shubuh dan memasuki tenda tersebut. Hafshah meminta izin pada Aisyah untuk mendirikan tenda, Aisyah pun mengizinkannya. Ketika Zainab binti Jahsy melihatnya, ia pun mendirikan tenda lain.

Ketika di subuh hari lagi Nabi saw, melihat banyak tenda, lantas diberitahukan dan beliau bersabda: “Apakah kebaikan yang kalian inginkan dari ini?” Beliaupun meninggalkan i’tikaf pada bulan ini dan beliau mengganti dengan i’tikaf pada sepuluh hari dari bulan Syawal.”

Jika perempuan tersebut beri’tikaf tanpa meminta izin, maka suaminya boleh menyuruhnya keluar dari i’tikaf.
Dengan demikian itkaf tidak boleh dilakukan didalam rumah atau mushalla didalam rumah atau tempat-tempat yang dikhususkan untuk shalat didalam rumah berdasarkan firman Allah swt :

ﻭَﻟَﺎ ﺗُﺒَﺎﺷِﺮُﻭﻫُﻦَّ ﻭَﺃَﻧْﺘُﻢْ ﻋَﺎﻛِﻔُﻮﻥَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺴَﺎﺟِﺪِ

Artinya : “Dan janganlah kamu campuri mereka itu sedang kamu beri’tikaf di mesjid.” (QS. Al Baqarah : 187)

Waktu Memulai Itikaf
Sedangkan bagi seseorang yang berniat itikaf di sepuluh malam terakhir maka hendaklah dia memasuki masjid atau memulai itikafnya sebelum terbenam matahari di malam 21, sebagaimana pendapat jumhur ulama.

Hal-hal yang Membatalkan Itikaf

Itikaf seseorang bisa batal atau rusak dikarenakan beberapa perbuatan berikut :

1. Ber jima’ atau perbuatan-perbuatan muqaddimahnya.
2. Keluar dari masjid bukan untuk suatu keperluan mendesak.
3. Gila.
4. Murtad.
5. Haidh dan Nifas bagi seorang wanita.

Demikian ulasan tentang tata cara,niat dan doa I'tikaf ,semoga bisa bermanfaat dan semoga kita bisa menjalankannya, sebagai upaya kita meraih lailatul qadar.
Baca : Cara mendapatkan malam lailatul qadar
Aamiin ya robbal 'alamiin.
Wallahu A’lam.

0 Response to "Tata cara ,doa dan Niat I'tikaf (amalan penjemput lailatul qadar)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel