Pengertian Takdir, Qadha dan qadhar ( Makna dan Hikmah Beriman Terhadap Qadha dan Qadhar )
Permasalahan mengenai takdir memang begitu rumit karena bukan sekedar membahas tentang ketentuan rizki, jodoh, kaya, miskin, umur panjang atau pendek celaka atau selamat, namun berkaitan juga dengan perbuatan manusia itu sendiri baik berupa kebaikan maupun keburukan, keimanan maupun kekafiran seseorang . Dan yang semuanya itu memiliki korelasi erat dengan sifat sifat Allah khususnya sifat ilmu, qudrot dan irodat-Nya. Disamping manusia juga diberi sifat qudroh dan irodah (kehendak) untuk memilih, yang kemudian seakan akan ada benturan antara kehendak tuhan dan manusia.
Sebagaimana contoh : Allah memerintahkan seluruh manusia untuk menyembah kepada-Nya namun pada kenyataanya banyak orang tidak beriman pada Allah, Seperti kafirnya abu jahal dan lahab . Nah Apakah kafirnya dua orang ini atas dasar pengetahuan dan kehendak (takdir) Allah atau Bukan..? Kalau termasuk takdir , Mengapa Allah masih memerintahkan Nabi agar menyeru mereka untuk beriman ,,,?.
Kalau bukan termasuk takdir juga jadi masalah, artinya bahwa Allah tidak mengetahui kedua orang ini kalau mereka tidak akan beriman..?. Begitu juga terkait perbuatan manusia, seperti mencuri dan lain lain termasuk takdir atau bukan, dan hasilnya termasuk rezki atau bukan...? .
Terkait surga dan neraka yang sudah di tentukan, sehingga kadang timbul pertanyaan buat apa beramal baik, kalau semua sudah di tentukan ...? dan masih banyak lagi.
Dari permasalahan permasalahan yang rumit di atas tentu tidak lepas dari perbedaan pandangan dikalangan para cendekiawan muslim dari golongan Ahlussunnah waljamaah ,Qodariyah dan Muktazilah, Maka kita sebagai seorang muslim yang di tuntut Uutuk Mengimani qodho dan qodar baik yang jelek maupun buruk yang mana merupakan syarat mutlak syah dan tidaknya iman seseorang Maka wajib bagi kita memahami dan meyakini sesuai pendapat para ulama dengan dalil dari alquran maupun al-hadist . Namun sebelum memahami lebih jauh tentunya kita pahami dulu pengertian keduanya. Dalam hal ini penulis memaparkan beberapa rumusan masalah, yang terangkum dalam Artikel berikut :
Pengertian Takdir, Qadha dan qadar ( Makna dan Hikmah Beriman Terhadap Qadha dan Qadhar ).
Iman adalah keyakinan yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan dilaksanakan dengan amal perbuatan. Salah satu di antara rukun iman umat Muslim adalah iman kepada qada dan qadar.
Jika kita melihat menurut bahasa, qada artinya adalah Ketetapan.
Iman adalah keyakinan yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan dilaksanakan dengan amal perbuatan. Salah satu di antara rukun iman umat Muslim adalah iman kepada qada dan qadar.
Jika kita melihat menurut bahasa, qada artinya adalah Ketetapan.
Qadha artinya ketetapan Allah SWT kepada setiap makhluk-Nya yang bersifat Azali.
Azali artinya ketetapan itu sudah ada sebelumnnya keberadaan atau kelahiran makhluk, sedangkan qadar artinya menurut bahasa berarti ukuran.
Sementara itu, qadar artinya terjadi penciptaan sesuai dengan ukuran atau timbangan yang telah ditentukan sebelumnya. Qada dan qadar dalam keseharian sering kita sebut dengan takdir.
Berikut Rincian pengertian Takdir (Qadha dan qadhar)
1. Apa Pengertian qadho dan qadar..?
2. Bagaimana beriman secara benar terhadap qadha dan qadhar.
2. Bagaimana beriman secara benar terhadap qadha dan qadhar.
Pengertian Qadha dan Qadar.
Definisi Takdir, Qadha dan QadarQadha secara bahasa bermakna menghukumi,menjelaskan atau mengerjakan . sedangkan secara istilah adalah kehendak Allah swt terhadap sesuatu pada zaman Azali yang sesuai dengan apa yang akan terjadi dan tidak akan pernah berubah.
الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَداً وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيراً
Artinya : " Yang kepunyaa-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan dia tidak mempunyai Anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan-Nya, , Dan Dia yang menciptakan Segala sesuatu lalu, Dia menetapkan atas Qadar(ketetapan) dengan sempurna- sesempurnanya". (Q.s. Al-furqon : 2)
Para ulama telah berselisih pendapat tentang pengertian Qodho dan Qodar. Menurut Asya'iroh ,pengertian Qodho adalah kehendak Allah terhadap sesuatu di zaman azali sesuai dengan kenyataan sesuatu tersebut di zaman bukan azali . Sedangkan pengertian Qodar menurut mereka adalah bahwa allah mewujudkan sesuatu sesuai dengan kadar tertentu yang sesuai dengan kehendak. Dengan demikian , kehendak Allah di zaman azali yang berhubungan dengan kamu semisal : bahwa Kamu akan menjadi orang yang berilmu adalah contoh Qadha. Nah, seedangkan Allah mewujudkan ilmu dalam dirimu setelah kamu diwujudkan sesuai dengan kehendaknya adalah contoh Qadhar.
Adapun menurut maturidiah maka pengertian Qadha adalah bahwa Allah mewujudkan sesuatu di sertai menambahkan penyempurnaan yang sesuai dengan pengetahuan-Nya, maksudnya pembatasan dari Allah di zaman Azali terhadap setiap makhlukdengan batasan yang di temukan pada setiap makhluk itu yaitu berupa batasan baik, buruk, bermanfaat, berbahaya dan lain - lain, maksudnya pengetahuan Allah di zaman azali terhadap sifat sifat makhluk. Ada yang mengatakan juga bahwa, pengertian Qadha adalah pengetahuan Allah yang azali terhadap sesuatu yang berhubungan dengan sesuatu yang di ketahui. Sesangkan pengertian qodar menurut mereka adalah, bahwa allah mewujudkan sesuatu sesuai dengan pengetahuan itu,.
Dengan demikian, pengetahuan Allah di zaman azali tentang seseorang akan menjadi orang berilmu setelah ia di wujudkan adalah contoh qodho. Sedangkan allah mewujudkan ilmu pada dirinya setelah ia di wujudkan adalah contoh Qodar. Pendapat ini dan pendapat asyairoh adalah pendapat yang masyhur. [ lihat syekh Nawawi Al- Bantani Kasifatussaja, hal 12 cetakan haromain].
Baca : Antara Iman, Hati dan Logika
Dari definisi diatas, secara sederhana dapat di pahami bahwa qodho adalah perencanaan atau Rancangan di zaman Azali sedangkan Qodar adalah Perealisasian atau pelaksanaan Dari pada qodho. Maka sebagai seorang muslim Wajib meyakini bahwa segala yang terjadi di Alam semesta ini baik yang menimpa dirinya ataupun orang lain adalah atas pengetahuan ( ilmillah kekuasaan (qudroh) dan kehendak (irodah) Allah Swt.
Menurut penulis pembagian istilah qodho dan qodar hanya untuk mempermudah pemahaman saja sebenarnya artinya bahwa keduanya sama sama ketentuan allah. Karena sebenarnya kerancauan dalam memahami takdir yang seakan akan saling bertolak belakang sebenarnya timbul karena mencampur adukkan antara takdir persepektif Allah, malaikat dan takdir perspektif manusia. seperti permasalahan mengenai takdir bisa berubah atau tidak..? tidak bisa berubah menurut perspektif Allah, namun bisa berubah dalam perspektif makhluknya dalam hal ini malaikat dan manusia . semilal anda di takdirkan berumur 50 tahun , tentu itu di ketahui malaikat izroil, ternyata karena anda memperbanyak silaturrahim serta do'a allah merubah dengan dengan menambahkan umur anda menjadi 70 tahun . nah perubahan dari 60 menjadi 70 tahun. Dalam contoh kasus ini, menurut perspektif allah tidak berubah artinya perubahan itu sendiri atas dasar ketetapan Allah dan allah mengetahui pada zaman azali. sedangan perspektif malaikat adalah berubah.
Dari definisi diatas, secara sederhana dapat di pahami bahwa qodho adalah perencanaan atau Rancangan di zaman Azali sedangkan Qodar adalah Perealisasian atau pelaksanaan Dari pada qodho. Maka sebagai seorang muslim Wajib meyakini bahwa segala yang terjadi di Alam semesta ini baik yang menimpa dirinya ataupun orang lain adalah atas pengetahuan ( ilmillah kekuasaan (qudroh) dan kehendak (irodah) Allah Swt.
Menurut penulis pembagian istilah qodho dan qodar hanya untuk mempermudah pemahaman saja sebenarnya artinya bahwa keduanya sama sama ketentuan allah. Karena sebenarnya kerancauan dalam memahami takdir yang seakan akan saling bertolak belakang sebenarnya timbul karena mencampur adukkan antara takdir persepektif Allah, malaikat dan takdir perspektif manusia. seperti permasalahan mengenai takdir bisa berubah atau tidak..? tidak bisa berubah menurut perspektif Allah, namun bisa berubah dalam perspektif makhluknya dalam hal ini malaikat dan manusia . semilal anda di takdirkan berumur 50 tahun , tentu itu di ketahui malaikat izroil, ternyata karena anda memperbanyak silaturrahim serta do'a allah merubah dengan dengan menambahkan umur anda menjadi 70 tahun . nah perubahan dari 60 menjadi 70 tahun. Dalam contoh kasus ini, menurut perspektif allah tidak berubah artinya perubahan itu sendiri atas dasar ketetapan Allah dan allah mengetahui pada zaman azali. sedangan perspektif malaikat adalah berubah.
Baca juga : Maka ikhlaskan jika memang sudah Takdir
Pertama takdir fi ilmi.
Merupakan takdir yang telah di tentukan dalam ilmunya Allah (pengetahuan) qudroh, kekuasaan dan irodah. artinya bahwa segala sesuatu yang terjadi di Alam semesta ini tidak lepas dari pengetahuan, kekuasaan dan kehendakNya sejak zaman azali atau sebelum penciptaan makhluk Yang di istilahkan juga dengan qodho . Dasar pembagian takdir ini adalah adanya ungkapan " inayah qoblal wilayah" (pertolongan allah kepada hambanya telah di tentukan sebelum ia memiliki) " sa'adah qoblal wiladah" ( beruntung sebelum di lahirkan) wal lawahik mabniyatun ala sawabiq (hal hal yang mengikuti itu adalah hal yang telah di tentukan sebelumnya ) dan juga berdasarkan firman allah dalam surat adariyat ayat 9
PEMBAGIAN TAKDIR.
Syarah Arbain Nawawi membagi Takdir menjadi empat [ lihat syarah arbain nawawi karya imam Nawawi, halaman 16 cetakan ibnu sholihin .Pertama takdir fi ilmi.
Merupakan takdir yang telah di tentukan dalam ilmunya Allah (pengetahuan) qudroh, kekuasaan dan irodah. artinya bahwa segala sesuatu yang terjadi di Alam semesta ini tidak lepas dari pengetahuan, kekuasaan dan kehendakNya sejak zaman azali atau sebelum penciptaan makhluk Yang di istilahkan juga dengan qodho . Dasar pembagian takdir ini adalah adanya ungkapan " inayah qoblal wilayah" (pertolongan allah kepada hambanya telah di tentukan sebelum ia memiliki) " sa'adah qoblal wiladah" ( beruntung sebelum di lahirkan) wal lawahik mabniyatun ala sawabiq (hal hal yang mengikuti itu adalah hal yang telah di tentukan sebelumnya ) dan juga berdasarkan firman allah dalam surat adariyat ayat 9
يُؤْفَكُ عَنْهُ مَنْ أُفِكَ
"Di Palingkan darinya ( Rosul dan Al-quran) orang yang telah di palingkan "
Maksudnya orang yang berpaling dari alquran dan rasul ketika di dunia adalah mereka yang telah di palingkan sejak zaman qidam (dahulu). dan berdasarkan hadist nabi saw la yahlikullohu illa halikan "Allah tidak akan membinasakan orang yang telah ditetapkan bisana". Maksudnya adalah orang orang yang Allah telah tentukan sesungguhnya mereka binasa. Dan masih banyak dalil daalil dari alqur'an maupun hasit yang berkaitan yang berkaitan, diantaranya adalah ayat berikut tafsir karya Ibnu katsir
Al-Qur'an surat Al-Qomar Ayat 49 dan al-qur'an surat Al -A'la
(49) إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang berdosa dalam kesesatan di dunia dan dalam neraka ingatlah pada hari mereka di seret ke neraka pada wajahnya di katakan pada mereka rasakanlah sentuhan api neraka sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran "
(Al-furqon 2 )وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرً
Dia menetapkan atas Qadar(ketetapan) dengan sempurna- sesempurnanya". (Q.s. Al-furqon : 2)
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأعْلَى. الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى. وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى
Yakni Allah telah menentukan ukuran masing masing makhluknya dan memberi petunjuk kepada semua makhluknya. karena itulah maka para ulama dari kalangan ahlussunnah menyimpulkan dari dalil ayat ini yang membuktikan akan kebenaran dari takdir allah yang terdahulu terhadap makhluknya. yaitu pengetahuan allah swt. akan segala sesuatu sebelum kejadianya dan ketetapan takdirnya terhadap mereka sebelum mereka di ciptakan olehnya. dan dengan ayat ini serta ayat ayat lainya,yang semakna, juga hadis hadist yang shahih, kalangan ahlussunnah membantah pendapat golongan qodariyah, yaitu suatu golongan yang muncul di penghujung masa para sahabat. Kami telah membicarakan hal ini dengan rinci berikut semua hadist yang berkaitan denganya didalam syarah kitabul iman, bagian dari syarah imam bukhori. berikut ini kami akan mengetengahkan sebagian hadis hadis yang berkaitan dengan ayat yang mulia ini. [ lihat tafsir ibnu katsir]. )
Kedua takdir fi lauhul makfud.
Sebuah takdir yang ditetapkan atau di tulis di lauhul makfudz, takdir ini masih memungkinkan bisa berubah, sesuai dengan firman Allah dalam surat Arrodu ayat 39.
" Allah menghapus dan menerapkan apa yang dia kehendaki .....Allah yang maha bijaksana menghapus hukum yang layak untuk di hapus dan menetapkan apa hukum yang dia kehendaki untuk di tetapkan ".
dan sesuai dengan do'a ibnu umar , ibu umar berkata dalam do'anya :
اللهم إن كنت كـتبتـني شقيا فامحني, وكـتـبني سعيدا
" Ya tuhanku ,jika engkau menetapkan padaku orang yang celaka maka hapuslah dan tetapkanlah bagiku orang yang beruntung.
" Dan pada sisi Allahlah kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri, dan dia mengetahui apa yang ada di daratan dan lautan, dan tidak ada sehelai daunpun yang yang gugur melainkan ia mengetahuinya pula.dan tidak jatuh sebutir biji pun, dalam kegelapan bumi,dan tidak sesuatu yang basah dan kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (lauhul mahfudz). QS. al anam 59."
Namun perlu di pahami bahwa perubahan yang dimaksud adalah menurut perspektif malaikat ,
Ketiga Takdir fi rahmi .
Takdir firrahmi merupakan ketetapan Allah pada waktu di tiupkanya ruh manusia di dalam kandungan umur empat bulan . Segala ketetapan yang telah di tetapkan pada saat dalam kandungan karena malaikat di perintahkan Allah supaya menulis tentang rizki ajal, celaka , bahagia.
عن أبي عبد الرحمن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال: حدثنا رسول الله - صلى الله عليه وسلم - وهو الصادق المصدوق إن أحدكم مجمع خلقه في بطن أمه أربعين يوما نطفة، ثم يكون علقة مثل ذلك، ثم يكون مضغة مثل ذلك، ثم يرسل الله إليه الملك فينفخ فيه الروح ويؤمر بأربع كلمات بكتب رزقه وأجله وعمله وشقي أو سعيد. فوالذي لا إله غيره إن أحدكم ليعمل بعمل أهل الجنة حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل النار فيدخلها. وإن أحدكم ليعمل بعمل أهل النار حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل الجنة فيدخلها".
رواه البخاري ومسلم
[الطوفي، التعيين في شرح الأربعين، ٨٣/
Sesungguhnya seseorang dari kalian di kumpulkan penciptaanya dalam perut ibunya selama 40 hari, dalam bentuk sperma, kemudian menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging, kemudian seorang malaikat di utus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya dan diperintahkan dengan empat kalimat : menuliskan ajalnya ,rizkinya, amalnya celaka atau bahagia. Demi dzat tiada tuhan selainya sesungguhnya ada salah seseorang dari kalian yang beramal dengan amalan ahli surga sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal satu hasta tapi catatan takdir mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli surga sehingga ahirnya dia masuk neraka dan dan sesungguhnya ada salah satu seseorang ada salah satu dari kalian yang beramal dengan amal ahli neraka sehingga jarak antara dirinya dengan neraka tinggal satu hasta tapi catatan takdir mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli surga sehingga ahirnya dia masuk surga HR.Bukhori No.3208 dan Muslim No.2643 .
Keempat takdir sauqul maqodir ila mawaqit.
Dan allah menciptakan baik dan buruk dan menentukan kedatangnya pada seorang hamba di waktu yang telah di ketahui. dan ini mungkin untuk bisa dihindari. Sedangakan dalil bahwa allah menciptakan baik dan buruk adalah surat al- qomar ayat 47-49. dan surat al falak.
Mengenai Pembagian qodho menjadi mubrom ada muallaq tampak itu tampak pada lauhul makhfudz. adapun dari sisi ilmu allah semua putusan itu bersifat mubrom, karena ketika Allah mengetahui datangnya putusan muallaq, maka hasilah muallaq tersebut, dan tidak boleh tidak ketika allah mengetahui ketiadaan putusan muallaq, maka tiadalah muallaq tersebut. tetapi manusia tiada jalan lain, seorang tidak boleh meninggalkan doa hanya karena bersandar pada putusan qodho tersebut, sebagaiman larangan seseorang meninggalkan makan karena bersandar pada putusan Allah .
ومذهب أهل السنة والجماعة وسط بين المذهبين يثبتون القدر، وأن الله خلق العباد، وأفعال العباد، والعباد أيضاً لهم مشيئة وإرادة، لكنها تابعة لمشيئة الله وإرادته، وأنهم أعطوا من حرية الاختيار ما يكفي، ويقيم الحجة للمطيع بالثواب والعاصي بالعقاب
[عبد الكريم الخضير، شرح الأربعين النووية - عبد الكريم الخضير، ٢٥/٣
Madhab Ahlusunnah wal jama'ah berada pada posisi tengah antara dua madhab (qodariyah dan jabariyyah) . dan sesungguhnya Allah yang menciptakan makhluk, perbuatan makhluk, dan semua hamba memiliki kendali dan kehendak , akan tetapi tetap mengikuti pada kehendak allah, mereka diberi kebebasan memilih secukupnya.
Imam kurtubi berkata pendapat ahli sunah mengatakan dan menyakini bahwa allah SWT telah mentakdirkan segala sesuatu maksudnya allah mengetahui ketetapan keadaan,zaman dan zaman sebelum terwujudnya segala sesuatu kemudian allah mewujudkan segala sesuatu yang telah allah ketahui di dalam ilmunya tidak lah allah menciptaka sesuatu yang baru di alam semesta ini kecuali apa yang telah keluar dari ilmu allah kekuasaan dan kehendaknya allah dan mahluk.
MAKNA BERIMAN TERHADAP QODHO QODAR
Bahwa sesuatu yang kita jalani dalam kehidupan, termasuk amalan hati yaitu Mengimani sesuatu, memiliki Makna dan Makna Beriman Terhadap Takdir Allah, Qadha dan Qodar_Nya, Menurut alfasyani yaitu:
Meyakini bahwa Allah telah menetapkan baik dan buruk, sebelum menciptakan makhluk dan bahwa segala sesuatu yang ada merupakan qodho dan qodarnya allah Dialah dat yang maha menghendaki . hal ini di cukupkan meyakini secara mantap tanpa harus mengetahui dalilnya.
Sedangkan menurut sayyid abdullah adalah :
وَفِي الْحَدِيثِ الصَّحِيحِ: "اسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجِزْ، فَإِنْ أَصَابَكَ أَمْرٌ فَقُلْ: قَدَّرُ اللَّهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، وَلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ لَكَانَ كَذَا، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
Mohonlah pertolongan kepada allah dan janganlah kau lemah. jika kamu tertimpa suatu perkara , maka katakanlah, Allah telah menakdirkannya apa yang di kehendaki pasti terjadi. dan janganlah kamu mengatakan bahwa seandainya aku melakukan anu, niscaya hal ini tidak terjadi. karena sesungguhnya LAU mengandai andai membuka pintu masuk bagi perbuatan syaitan.
Kewajiban beriman pada takdir ada ada dua derajat
1. Beriman atau meyakini bahwa Allah telah lebih dahulu mengetahui sejak zaman azali (qidam ) terhadap sesuatu yang akan dilakukan hambanya baik dari kebaikan, kejelekan, kemaksiatan maupun ketaatan. pengetahuan allah ini sebelum adanya makhluk dan adanya pekerjaan makhluk. mengetahui siapa yang akan masuk surga dan siapa yang akan masuk neraka. dan allahpun sudah menetapkan pahala maupun siksa sebagai balasan atas perbuatan hamba hambanya sebelum menciptakan hambanya. karena sesungguh nya allah telah menulis semua ketetapanya.
2. Beriman bahwa Allahlah yang telah menciptakan semua perbuatan para hambanya, baik kekafiran maupun keimanan, ketaatan maupun kemaksiatan.apapun yang dilakukan hambanya merupakan campurtangan Allah dan atas kehendak Allah.
Namun meskipun demikian, tidaklah di perbolehkan menjadikan Qodho dan Qodar sebagai alasan untuk pasrah tanpa ikhtiyar melakukan sesuatu. Seseorang yang dalam keadaan kehausan tidak boleh meninggalkan minum dengan alasan rasa haus tersebut merupakan takdir allah swt; dan jika allah swt berkehendak menghilangkannya, maka rasa haus tersebut akan hilang dengan sendiri atas kehendak-Nya. Dan juga orang yang tidak mau berkerja, tidak mau belajar, tidak mau beribadah dengan dalih bahwa itu merupakan takdir yang telah digariskan atasnya, merupakan tindakan yang tidak bisa di benarkan. karena mengimani takdir tidak berarti dia boleh melepaskan diri dari ketentuan syariat dan sunnatullah.
KESIMPULAN
Takdir merupakan konsep hidup dalam rukun iman ke 6 yang menjadikan dasar berpeganganya orang muslim dan menjadi pondasi, takdir adalah qadhar dan ukuran yakni ukuran batasan kemampuan yang di berikan allah kepada manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia percaya pada takdir yang baik dan buruk adalah sesuatu kewajiban.
Baca juga : Devinisi Syariat dan sembilan landasan
Disamping itu, juga tidak diperbolehkan bagi seseorang untuk menjadikan takdir sebagai pembenaran atas tindakannya yang melanggar syari'at dengan tujuan agar ia terhindar dari hukuman [had], seperti seorang yang telah melakukan perbuatan zina-na'udzu billahi min dzalik-kemudian ia berkata;''apa yang telah aku lakukan ini adalah atas kehendak allah swt,maka aku tidak berhak mendapat hukuman atasnya''.alasan semacam ini tidak di terima karena ia tidak tahu bahwa perbuatan yang ia lakukan telah ditakdirkan oleh allah swt pada zaman azali, dan perbuatan tersebut tidak lain hanya menuruti hawa nafsunya serta kecerobohan dalam melanggar hukum syariat. sehingga atas keberanianya tersebut ia berhak mendapatkan hukuman.
kecuali ketika pembenaran tersebut,bertujuan untuk menghindari celaan atau cacian orang lain.seperti seorang pencuri,ketika tertangkap kemudian orang orang mencaci makinya latlu ia berdalih bahwa itu merupakan takdir Allah swt,agar ia terhindar dari cacian.maka hal ini diperbolehkan oleh syariat dengan bertendensi pada perkataan nabi adam as ketika di''cela'' oleh nabi musa tentang perbuatannya memakan buah surga,sehimgga ia dan istrinya diturunkan ke bumi;mengapa engkau mencela perbuatanku. padahal itu telah di takdirkan oleh allah swt lima puluh ribu tahun sebelum ia menciptakan langit dan bumi''
dan seseorang yang berdiam diri ketika melihat kemungkaran karena menganggapnya sebagai takdir allah swt', merupakan kebodohan yang nyata, sebab antara menolak kemungkaran dan ridha terhadap takdir bukanlah hal yang bertentangan. karena sebuah pertentangan hanya akan terjadi pada satu hal, satu titik dan satu sudut pandang. sedangkan dalam kemungkaran yang dilakukan, bisa di pandang dari dua sisi yang berbeda. pertama, dari sisi itu merupakan kehendak dan takdir allah swt, sehingga rela terhadapnya merupakan bentuk keimanam terhadap takdir. kedua dari sisi, perbuataan tersebut merupakan maksiat yang dilakukan atas kehendak manusia itu sendiri, maka dari sudut pandang ini harus menolak kemungkaran yang terjadi.
KHIKMAH BERIMAN PADA QODHO DAN QODAR
Disamping itu, juga tidak diperbolehkan bagi seseorang untuk menjadikan takdir sebagai pembenaran atas tindakannya yang melanggar syari'at dengan tujuan agar ia terhindar dari hukuman [had], seperti seorang yang telah melakukan perbuatan zina-na'udzu billahi min dzalik-kemudian ia berkata;''apa yang telah aku lakukan ini adalah atas kehendak allah swt,maka aku tidak berhak mendapat hukuman atasnya''.alasan semacam ini tidak di terima karena ia tidak tahu bahwa perbuatan yang ia lakukan telah ditakdirkan oleh allah swt pada zaman azali, dan perbuatan tersebut tidak lain hanya menuruti hawa nafsunya serta kecerobohan dalam melanggar hukum syariat. sehingga atas keberanianya tersebut ia berhak mendapatkan hukuman.
kecuali ketika pembenaran tersebut,bertujuan untuk menghindari celaan atau cacian orang lain.seperti seorang pencuri,ketika tertangkap kemudian orang orang mencaci makinya latlu ia berdalih bahwa itu merupakan takdir Allah swt,agar ia terhindar dari cacian.maka hal ini diperbolehkan oleh syariat dengan bertendensi pada perkataan nabi adam as ketika di''cela'' oleh nabi musa tentang perbuatannya memakan buah surga,sehimgga ia dan istrinya diturunkan ke bumi;mengapa engkau mencela perbuatanku. padahal itu telah di takdirkan oleh allah swt lima puluh ribu tahun sebelum ia menciptakan langit dan bumi''
dan seseorang yang berdiam diri ketika melihat kemungkaran karena menganggapnya sebagai takdir allah swt', merupakan kebodohan yang nyata, sebab antara menolak kemungkaran dan ridha terhadap takdir bukanlah hal yang bertentangan. karena sebuah pertentangan hanya akan terjadi pada satu hal, satu titik dan satu sudut pandang. sedangkan dalam kemungkaran yang dilakukan, bisa di pandang dari dua sisi yang berbeda. pertama, dari sisi itu merupakan kehendak dan takdir allah swt, sehingga rela terhadapnya merupakan bentuk keimanam terhadap takdir. kedua dari sisi, perbuataan tersebut merupakan maksiat yang dilakukan atas kehendak manusia itu sendiri, maka dari sudut pandang ini harus menolak kemungkaran yang terjadi.
KHIKMAH BERIMAN PADA QODHO DAN QODAR
Contoh dari beberapa Hikmah yang akan kita dapatkan dari implementasi Keimanan terhadap Takdir Qadha dan Qadhar.
1. Mendorong pada sikap yang seimbang antara optimisme dan tawakkal.
Dua hal ini akan berjalan dengan baik dan seimbang jika kita percara dengan adanya qadha dan qadar Allah SWT.
Melatih diri untuk lebih bersyukur dan bersabar kepada Allah SWT.
Misalnya: ketika tertimpa musibah, sikap orang akan berbeda. Ada yang tabah, ada yang sedih dan tidak terima. Orang yang beriman dengan takdir, ia akan bersabar dan tetap bersyukur karena ia memahami bahwa semua ini tidak lepas dari ketentuan Allah SWT.
2. Mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Orang yang percara pada takdir Allah SWT, pasti dia merasa bahwa semua yang menimpanya adalah bagian dari karunia Allah SWT. Karena itu, semua kejadian yang dialaminya kian mendekatnya dirinya kepada Allah SWT.
3. Melatih seseorang menjadi orang yang giat berusaha, optimis, dan tidak cepat putus asa.
Orang yang giat berusaha, optimis, dan tidak putus asa karena percaya atas takdir Allah
4. Menghindarkan dari sifat sombong
Orang yang percara takdir Allah SWT pasti tidak akan sombong, Karena ia memahami bahwa semua yang dimiliki adalah bersumber dari Allah SWT. Jadi, apa yang perlu dibanggakan dan disombong-sombongkan?
5. Dapat menenangkan jiwa.
Banyak orang yang gelisah karena dia mendapatkan masalah. Ia terjadi sebab mereka tidak menyadari bahwa yang memberikan masalah.
Referensi....
وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيراً أي أوجد كل شيء مما سواه، وأحدثه إحداثا راعى فيه التقدير بقدر معين والتسوية بشكل محدد، وهيأه لما يصلح له من الخصائص والأفعال اللائقة به، فالإنسان مثلا خلقه الله بشكل مقدر مسوّى في أحسن تقويم، وأوجد فيه من الحواس والطاقات والإمكانات للإدراك والفهم، والنظر والتدبير، واستنباط الصنائع، ومزاولة الأعمال المختلفة، وكذلك الحيوان والجماد جاء به على خلقة مستوية مقدرة، مطابقة لما يراه من الحكمة والمصلحة والتدبير، ولما قدر له غير منافر أو متجاف عنه. والخلاصة: أنه قدر كل شيء مما خلق بحكمته على ما أراد.
[وهبة الزحيلي، التفسير المنير للزحيلي، ١١/١٩]
وَقَوْلُهُ: {إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ} ، كَقَوْلِهِ: {وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا} [الْفُرْقَانِ:2] وَكَقَوْلِهِ: {سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأعْلَى. الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى. وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى} [الْأَعْلَى:1-3] أَيْ: قَدَّرَ قَدَرًا، وَهَدَى الْخَلَائِقَ إِلَيْهِ؛ وَلِهَذَا يَسْتَدِلُّ بِهَذِهِ الْآيَةِ الْكَرِيمَةِ أئمةُ السُّنَّةِ عَلَى إِثْبَاتِ قَدَر اللَّهِ السَّابِقِ لِخَلْقِهِ، وَهُوَ عِلْمُهُ الْأَشْيَاءَ قَبْلَ كَوْنِهَا وَكِتَابَتُهُ لَهَا قَبْلَ بُرْئِهَا، وَرَدُّوا بِهَذِهِ الْآيَةِ وَبِمَا (2) شَاكَلَهَا مِنَ الْآيَاتِ، وَمَا وَرَدَ فِي مَعْنَاهَا مِنَ الْأَحَادِيثِ الثَّابِتَاتِ عَلَى الفرْقة القَدرية الَّذِينَ نَبَغُوا (3) فِي أَوَاخِرِ عَصْرِ الصَّحَابَةِ. وَقَدْ تَكَلَّمْنَا عَلَى هَذَا الْمَقَامِ مُفَصَّلًا وَمَا وَرَدَ فِيهِ مِنَ الْأَحَادِيثِ فِي شَرْحِ "كِتَابِ الْإِيمَانِ" مِنْ "صَحِيحِ الْبُخَارِيِّ" رَحِمَهُ اللَّهُ، وَلْنَذْكُرْ هَاهُنَا الْأَحَادِيثَ الْمُتَعَلِّقَةَ بِهَذِهِ الْآيَةِ الْكَرِيمَةِ:
[ابن كثير، تفسير ابن كثير ت سلامة، ٤٨٢/٧]
بَابُ ذِكْرِ الْبَيَانِ أَنَّ اللَّهَ جَلَّ ثَنَاؤُهُ قَدَّرَ الْمَقَادِيرَ كُلَّهَا قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ} [القمر: 49]
، فَأَخْبَرَ أَنَّ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ إِنَّمَا هُوَ بِحَسْبِ مَا قَدَّرَهُ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَهُ، فَجَرَى الْخَلْقُ عَلَى مَا قَدَّرَ، وَجَرَى الْقَدَرُ عَلَى مَا عَلِمَ. وَالْقَدْرُ بِتَسْكِينِ الدَّالِ هُوَ: الْفِعْلُ وَهُوَ: التَّقْدِيرُ، وَالْقَدَرُ بِتَحْرِيكِ الدَّالِ هُوَ: الْمَقْدُورُ
[البيهقي، أبو بكر، القضاء والقدر للبيهقي، صفحة ١٠٨]:
قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «قَدَّرَ اللَّهُ الْمَقَادِيرَ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ فِي الصَّحِيحِ عَنِ ابْنِ أَبِي عُمَرَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ
[البيهقي، أبو بكر، القضاء والقدر للبيهقي، صفحة ١٠٩]
Artinya : Allah telah menetapkan semua takdir sebelum allah menciptakan langit dan bumi dengan jarak lima
puluh ribu tahun.
(Referensi dari beberapa himpunan kitab)
يصرف عن الإيمان بالقرآن والرسول من صرف عنه في سابق علم الله تعالى، وقضائه السابق، لعلمه بأنه ضال في نفسه.
[وهبة الزحيلي، التفسير المنير للزحيلي، ١٢/٢٧]
بَابُ ذِكْرِ الْبَيَانِ أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ كَتَبَ الْمَقَادِيرَ كُلَّهَا فِي الذِّكْرِ وَهُوَ الْمُرَادُ بِتَقْدِيرِ الْمَقَادِيرِ عَلَى مَا لَمْ يَزَلْ بِهِ عَالِمًا، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ} [يس: 12] ، وَقَالَ: {مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا} [الحديد: 22] ، وَقَالَ: {وَإِنْ مِنْ قَرْيَةٍ إِلَّا نَحْنُ مُهْلِكُوهَا قَبْلَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ أَوْ مُعَذِّبُوهَا عَذَابًا شَدِيدًا كَانَ ذَلِكَ فِي الْكِتَابِ مَسْطُورًا} [الإسراء: 58] ، وَقَالَ: {وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ} [الأنبياء: 105]
[البيهقي، أبو بكر، القضاء والقدر للبيهقي، صفحة ١
ﻭﺟﻮﺏ اﻹﻳﻤﺎﻥ ﺑﺎﻟﻘﺪﺭ، ﻭﻫﻮ ﻋﻠﻰ ﺩﺭﺟﺘﻴﻦ ﺇﺣﺪاﻫﻤﺎ _ اﻹﻳﻤﺎﻥ ﺑﺄﻥ اﻟﻠﻪ ﺳﺒﻖ ﻓﻲ ﻋﻠﻤﻪ ﻣﺎ ﻳﻌﻠﻤﻪ اﻟﻌﺒﺎﺩ ﻣﻦ ﺧﻴﺮ ﻭﺷﺮ ﻭﻃﺎﻋﺔ ﻭﻣﻌﺼﻴﺔ ﻗﺒﻞ ﺧﻠﻘﻬﻢ ﻭﺇﻳﺠﺎﺩﻫﻢ، ﻭﻣﻦ ﻫﻮ ﻣﻨﻬﻢ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ اﻟﺠﻨﺔ، ﻭﻣﻦ ﻫﻮ ﻣﻨﻬﻢ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ اﻟﻨﺎﺭ، ﻭﺃﻋﺪ ﻟﻬﻢ اﻟﺜﻮاﺏ ﻭاﻟﻌﻘﺎﺏ ﺟﺰاء ﻷﻋﻤﺎﻟﻬﻢ ﻗﺒﻞ ﺧﻠﻘﻬﻢ ﻭﺗﻜﻮﻳﻨﻬﻢ ﻭﺃﻧﻪ ﻛﺘﺐ ﺫﻟﻚ ﻋﻨﺪﻩ ﻭﺃﺣﺼﺎﻩ. اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ _ ﺃﻥ اﻟﻠﻪ ﺧﻠﻖ ﺃﻓﻌﺎﻝ اﻟﻌﺒﺎﺩ ﻛﻠﻬﺎ ﻣﻦ اﻟﻜﻔﺮ ﻭاﻹﻳﻤﺎﻥ ﻭاﻟﻄﺎﻋﺔ ﻭاﻟﻌﺼﻴﺎﻥ. ﻭﺷﺎءﻫﺎ ﻣﻨﻬﻢ، ﻭﻣﻊ ﺫﻟﻚ ﻻ ﻳﺤﺘﺞ ﺑﻪ ﻓﻲ اﻟﻤﻌﺎﺻﻲ
قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «قَدَّرَ اللَّهُ الْمَقَادِيرَ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ فِي الصَّحِيحِ عَنِ ابْنِ أَبِي عُمَرَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ
[البيهقي، أبو بكر، القضاء والقدر للبيهقي، صفحة ١٠٩]
ﻭﺗﺆﻣﻦ ﺑﺎﻟﻘﺪﺭ ﺧﻴﺮﻩ ﻭﺷﺮﻩ: ﺃﻥ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻢ ﻣﻘﺎﺩﻳﺮ اﻷﺷﻴﺎء ﻭﺃﺯﻣﺎﻧﻬﺎ ﻗﺒﻞ ﺇﻳﺠﺎﺩﻫﺎ، ﺛﻢ ﺃﻭﺟﺪ ﻣﺎ ﺳﺒﻖ ﻓﻲ ﻋﻤﻠﻪ ﺃﻥ ﻳﻮﺟﺪ، ﻓﻜﻞ ﻣﺤﺪﺙ ﺻﺎﺩﺭ ﻋﻦ ﻋﻠﻤﻪ ﻭﻗﺪﺭﺗﻪ ﻭﺇﺭاﺩﺗﻪ، ﺧﻴﺮا ﻛﺎﻥ ﺃﻭ ﺷﺮا , ﻭﺗﻌﻠﻢ ﺃﻥ ﻣﺎ ﺃﺻﺎﺑﻚ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻟﻴﺨﻄﺌﻚ، ﻭﻣﺎ ﺃﺧﻄﺌﻚ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻟﻴﺼﻴﺒﻚ
(ثم يرسل إليه الملك فينفخ فيه الروح، ويأمر بأربع كلمات: بكتب رزقه)) ((رزقه)) المكتوب له، المقدر له من ولادته إلى وفاته، وهو رزق سواء كان من طريق حلال، أو من طريق حرام هو رزق، خلافاً للمعتزلة الذين يقولون: إن كسب الحرام ليس برزق، على هذا لو أن السُراق سرقوا طفلاً، وأعاشوه من السرقات إلى أن مات هذا ما استوفى من رزقه شيء عند المعتزلة؛ لأن رزق الحرام ليس برزق، وعند أهل السنة هو زرق سواء كان حلالاً أو حراماً هذا المكتوب له، والآثار المترتبة على الحلال والحرام هذه أمور أخرى
(بكتب رزقه)) الآن رزقه مكتوب، وعليه أن يبذل السبب لأجل تحصيل هذا الرزق، قد يقول قائل: ما دام الرزق مكتوب لماذا أتعب ؟ ((اعملوا فكل ميسر لما خلق له))، ((ولو توكلتم على الله حق التوكل لرزقكم كما يرزق الطير، تغدوا خماصاً، وتروح بطاناً)) ما قال كما يرزق الطير تجلس في عشها، ويأتيها رزقها لا تبذل السبب، فالمخلوق المسلم مطالب ببذل السبب، والسماء لا تمطر ذهباً، ولا فضة، وليس في هذا معارضة للكتاب -لكتابة الزرق-، أنت مكتوب عليك أن تسعى، ومكتوب لك أن ترزق، رزقك محدود لن يفوتك شيء منه، لن تموت حتى تستكمل هذا الرزق، لكن مع ذلك ابذل السبب بكتب رزقه وأجله، أجل محدد لا يزيد.ولا ينقص.
فلان رزقه كذا، وأجله كذا ستون سبعون سنة، خمسون ثلاثون مائة مكتوب مفروغ منه، قد يقول قائل: ما دام أجلي مكتوب، ولن أموت قبل يومي كما يقول الناس، صحيح لن يموت قبل يومه لماذا لا يغامر، ويلقي بنفسه إلى مواضع الهلكة ما دام الأجل مكتوب، كان لمائة سنة ما هو بميت قبل مائة سنة، ولو دخل تحت سيارة؟ ألا يمكن أن يقال مثل هذا، يمكن مثل الزرق، قال: ما دام محدد والله أنا بأجلس بالفراش إلى أن يجي ها المكتوب نقول هذا ليس بصحيح، أنت مأمور بالسعي، مأمور بالسبب والسماء لا تمطر ذهب ولا فضة، والمسبب مرتب على السبب، وأيضاً الأجل مكتوب وحرام عليك أن تلقي بنفسك إلى التهلكة؛ لأن نفسك لا تملكها أنت فعليك أن تبذل أسباب الوقاية، وتدفع أسباب التلف؛ لأن هذه النفس أن مؤتمن عليها، ولن يتغير عما في علم الله شيء سواء فعلت أو لم تفعل، لن يتغير شيء، لكنك أنت مأمور أمر تكليف أن تبذل السبب، وإن كان السبب في أصله حكم وضعي، أمرك به تكليف ووقوعه منك حكم وضعي عشان ما نخلط بين الأمور.
[عبد الكريم الخضير، شرح الأربعين النووية - عبد الكريم الخضير، ١٨/٤]
: ((وتؤمن بالقدر خيره وشره))، ((تؤمن بالقدر)) الإيمان بالقدر ركن من أركان الإيمان لا يصح إلا به، وأنكره طوائف من أهل الزيغ والضلال، وحصل إنكاره قديماً في عهد الصحابة لما جاء إلى ابن عمر أناس قال: إنهم أو في جهتهم قوم أهل عمل، ويتقفرون العلم، لهم عناية بالعلم والعمل، ومع ذلك يقولون: بأن الأمر أنف يعني مستأنف -ينفون القدر- فقال: ابن عمر كما في صحيح مسلم أخبرهم أنني بري منهم، وأنهم برآء مني، ولو كان لهم أمثال الجبال من ذهب وأنفقوها لم يقبل منهم حتى يؤمنوا بالقدر، فالإيمان بالقدر ركن كما في هذا الحديث، وفي غيره من الآيات والأحاديث، أركان الإيمان مذكورة ولا بد من الإيمان بالقدر خيره وشره، وأن الكل من عند الله -جل وعلا- وأنه بتقديره وبعلمه وكتابته ومشيئته وإيجاده كل حصل بتقدير الله -جل وعلا- وقضائه.
[عبد الكريم الخضير، شرح الأربعين النووية - عبد الكريم الخضير، ٢٤/٣]
Catatan :
Dari pengertian tentang Takdir ,qadha dan qahar di atas bersumber dari referensi Beberapa Kitab dan Ayat - ayat yang terkandung dalam Alquran
Pengertian qada dan qadar menurut Al-Quran yang dihimpun dari berbagai ayat yaitu:
Arti Qadha
Qada diartikan pada sejumlah istilah dalam Al-Quran, berikut di antaranya:
Qada berarti hukum atau keputusan terdapat (Q.S. Surat An- Nisa' ayat 65)
Qada berarti mewujudkan atau menjadikan (Q.S. Surat Fussilat ayat 12)
Qada berarti kehendak (Q.S. Surat Ali Imron ayat 47)
Qada berarti perintah (Q.S. Surat Al- Isra' ayat 23)
Arti Qadhar
Qadar diartikan pada sejumlah istilah dala
Arti Qada
Qada diartikan pada sejumlah istilah dalam Al-Quran, berikut di antaranya:
Qada berarti hukum atau keputusan terdapat (Q.S. Surat An- Nisa' ayat 65)
Qada berarti mewujudkan atau menjadikan (Q.S. Surat Fussilat ayat 12)
Qada berarti kehendak (Q.S. Surat Ali Imron ayat 47)
Qada berarti perintah (Q.S. Surat Al- Isra' ayat 23).
Demikian kajian tentang Pengertian Takdir, Qodha dan qadhar ( Makna dan Hikmah Beriman Terhadap Qadha dan Qadhar ) semoga bermanfaat dan setelah membaca, belajar bersama semoga akan memperkuat Ke Imanan Kita ,
Aamiin ya robbal alaamiin..
0 Response to "Pengertian Takdir, Qadha dan qadhar ( Makna dan Hikmah Beriman Terhadap Qadha dan Qadhar )"
Post a Comment